Rabu, 31 Desember 2008

Upaya Suradi, Bertahan Di Tengah Kelangkaan Pupuk



Olah Kotoran Sapi dan Batu Gamping Jadi Pupuk Alternatif

Pupuk bersubsidi semakin susah dicari. Jika pun dapat, petani harus menebus dengan harga tinggi. Jika tak ada pupuk, bisa dipastikan tanaman padinya akan kurus kering. Banyak petani kemudian beralih ke pupuk organik. Suradi misalnya, petani asal Desa Nganguk Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang membuat pupuk dari campuran kotoran sapi dan batu gamping. Berikut kisahnya seperti yang dikisahkan kepada Radar Kudus.

Tak ada rotan akar pun jadi. Begitu pupuk susah dicari, Suradi warga Desa Nganguk Kecamatan Kaliori mencari laternatif lain untuk membuat pupuk kandang sendiri. Uniknya pupuk kandang ala Suradi ini dibuat dari campuran batu gamping dan kotoran ternak (sapi,red).


Bapak empat anak ini menjelaskan, cara membuat pupuk kandang cukup mudah. Yang perlu disiapkan pertama kali adalah sebuah lubang berdiameter empat hingga lima meter dengan kedalaman hingga empat meter. Ini tergantung seberapa banyak pupuk yang akan dibuat.

Setelah lubang rampung dibuat, dasar lubang ditutup dengan menggunakan alas plastik. Setelah siap, batu gamping ditaruh di atas permukaan plastik yang telah digelar. Di atas tumpukan gamping itulah, Suradi kemudian menaruh kotoran sapi yang dikumpulkan dari tiga sapinya.

Biasanya, Suradi menggunakan batu gamping dan kotoran sapi dengan perbandingan satu banding tiga. Artinya, jika batu gamping yang dibuat sebanyak satu kwintal, maka kotoran sapi yang diperlukan sebanyak tiga kwintal.

Setelah semua langkah dilakukan, tinggal menunggu proses penguraian kotoran sapi dan batu gamping secara alami. “Biarkan saja, tidak usah ditutupi dengan tutup plastik atau sejenisnya,” tegasnya.

Proses penguraian kedua jenis bahan itu membutuhkan waktu cukup lama. Setidaknya dibutuhkan waktu hingga tiga bulan. Menurut mantan pejuang kemerdekaan ini, waktu yang paling ideal digunakan untuk membuat pupuk kandang seperti ini adalah pada awal musim hujan.

Diharapakan, air hujan yang membasahi lubang pemrosesan tadi dapat mempercepat pembusukan kotoran ternak. Sehingga, proses penguraian batu gamping dan kotoran sapi dapat berjalan sempurna.

Suradi mengatakan telah membuat pupuk kandang semacam ini sejak empat tahun yang lalu. “Awalnya hanya coba-coba saja,” akunya. Namun, setelah mengetahui hasil panen tanaman padinya cukup bagus, Suradi akhirnya terus mengembangkan pembuatan pupuk kandangnya.

Ketika Radar Kudus berkunjung ke rumahnya, ia berkenan menunjukan lubang di belakang rumahnya yang ia gunakan untuk membuat pupuk kandangnya itu. Dikatakan, beberapa waktu lalu, ia telah “memanen” pupuk yang dibuat di sebuah lubang tak jauh dari tempat itu.

Dikatakan, Dari satu lubang itu, bias dihasilkan 70 hingga 80 sak pupuk. “Sekarang sudah habis, banyak yang diminta oleh teman-teman petani,” katanya bangga. Sedangkan dilubang yang dia tunjukan itu, rencananya baru dua bulan mendatang bisa diambil hasilnya.

Hingga sekarang, ia berangsur-angsur telah meninggalkan pupuk kimia. Ia mengatakan, jika menggunakan pupuk kimia tanah pertanian pada musim kemarau akan retak-retak. Dikatakan, tanah menjadi jelek dan panas. Namun setelah menggunakan pupuk kandangnya, tanah pertaniannya terus membaik. “Jika musim kemarau masih bisa ditanami palawija,” terangnya.

Pupuk kandang buatannya itu telah ditiru oleh banyak petani di daerah Blora dan Pati. Bahkan baru-baru ini, petani asal Tuban juga datang ke rumahnya untuk belajar membuat pupuk kandang semacam itu. Ia pun dengans enang hati mengajari mereka cara membuat pupuk kandang hasil kreasinya itu.

Ia mengatakan, banyak petani yang mengaku puas ketika menggunakan pupuk kandangnya itu. Dikatakan, tanaman padi menjadi lebih hijau dan berakar kuat. Pengguanan air pun dapat dihemat.

Meski belum teruji secara klinis, namun ia mengatakan pupuknya itu tak kalah jika disbanding dengan pupuk buatan pabrik. “Silakan dicoba, dijamin hasilnya kan lebih baik,” Kata Suradi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar