Senin, 02 Februari 2009

Perbaikan Tanggul BSR 10 Dikebut


Saluran Darurat Untuk PDAM Diprioritaskan

GROBOGAN- Perbaikan tanggul saluran induk Bendung Sidorejo (BSR) yang ambrol di Dusun Samben, Desa Pilangpayung, Kecamatan Toroh Sabtu lalu terus dikebut. Prioritas utama para pekerja saat ini adalah membuat jaringan darurat untuk air baku PDAM. Pasalnya, pasokan air untuk pelanggan di Kecamatan Toroh dan Purwodadi tersendat.

Direktur PDAM Ir Mulyadi SP mengatakan, pihaknya telah menyiapkan 12 buah pipa berukuran 12 inchi untuk membuat jaringan darurat. Panjang pipa itu mencapai 12 meter yang dipasang tepat diatas tanggul yang ambrol. “Diharapakan dengan terpasangnya jaringan darurat ini, kebutuhan air baku IPA PDAM dapat terpenuhi untuk sementara,” terangnya ketika dihubungi Radar Kudus lewat telepon

Pihaknya berulangkali mengatakan penyesalan mendalam terkait tersendatnya pasokan air ke pelanggan. “Kami mohon maaf karena pasokan air ke pelanggan tersendat, kami terus upayakan perbaikan semaksimal mungkin,” terangnya.

Seperti yang diberitakan koran ini kemarin, saat ini pihaknya masih mengandalkan pemenuhan air baku dari Sungai Lusi. Namun, debit air dari Sungai Lusi yang bisa diambil hanya 70 liter per detik. “Jumlah ini separuh dari debit air yang biasanya dipasok melalui BSR,” terang Mulyadi.

Terpisah, Pengawas Pemasangan Pipa Bendung Sidorejo dari Balai PSDA, Setyo Wahyono kepada Radar Kudus mengatakan, perbaikan diupayakan bakal selesai dalam tujuh hari mendatang. Hingga kemarin, pihaknya masih melakukan penguatan tanah di lokasi ambrolnya tanggul, dengan menggunakan alat berat.

Disebutkan, lembeknya struktur tanah menjadi penyebab utama ambrolnya tanggul. Setelah tanah dilokasi itu usai dikuatkan, Setyo berjanji segera memperbaiki tanggul yang jebol secara permanen.

Sementara itu, kekhawatiran jebolnya tanggul dapat merusak tanaman padi siap panen milik petani di Dusun Samben tak terjadi. Sebab, air saluran irigasi di lokasi ambrolnya tanggul tidak mengalir menuju areal persawahan, melainkan langsung mengalir ke saluran pembuangan yang mengalir ke Sungai Tuntang.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (Dispantara) Mohammad Sumarsono mengatakan, ambrolnya tanggul itu kemungkinan tak akan mengganggu kebutuhan air untuk masa tanam kedua (MT 2).

Dikatakan, hingga saat ini kebutuhan air hingga masih cukup. Terlebih, curah hujan di Kabupaten Grobogan juga masih tinggi. Sementara MT 2, kata Sumarsono, baru berlangsung pada akhir Bulan Februari. “Saat itu, perbaikan direncanakan telah selesai, sehingga air untuk kebutuhan irigasi maupun PDAM dapat terpenuhi kembali,” terangnya.

Dibalik Penutupan Sumur Minyak Warisan Belanda di Dusun Padas (1)

Penambang Tradisional Menolak Disebut Perusak Lingkungan

Ditutupnya sumur minyak tradisional di Kecamatan Gabus Kabupaten Grobogan oleh Perhutani KPH Randublatung membuat warga resah. Alasan kegiatan penambangan dapat mencemari lingkungan juga tak terbukti. Hingga kini, puluhan penambang di Desa Bendoharjo bersataus sebagai pengangguran.


“Tuduhan Perhutani kalau penambangan minyak di Blok Bapo Gabus mencemari lingkungan hutan itu omong kosong,” tegas Camat Gabus Tatang Wahyu JPSP ketika ditemui di Kantornya beberapa waktu lalu. Untuk membuktikan, ia pun mengajak menyambangi hutan di Dusun Padas Desa Bendoharjo, Kecamatan Gabus, tempat sumur-sumur minyak peninggalan Belanda itu berada.

Sepanjang perjalanan menuju lokasi, pemandangan di desa yang terletak di wilyah kecamatan paling ujung timur Kabupaten Grobogan itu cukup indah. Perbukitan dengan tingkat kerapatan pepohonan yang masih terjaga, semakin membuat penasaran langkah kaki untuk terus menusyuri jalan.

Dua puluh menit berkendara motor menyusuri jalanan makadam (bebatuan, red), kami, akhirnya sampai dilokasi utama penambangan minyak. Tatang, yang saat itu ditemani mandor sumur minyak, dan beberapa perangkat desa setempat, lantas menunjukan sumur yang telah ditutup itu.

“Lihat saja, tanaman di sekitar masih bagus, jadi alasan Perhutani tidak berdasar,” katanya berapi-api. Di sumur nomor tiga itu terdapat sebuah lubang sumur minyak tua. Sumur itu sebenarnya masih aktif. Karena telah ditutup, penambang pun tak bisa mengangkat emas hitam yang terkandung di perut bumi Dusun Padas itu.

Sumur nomor tiga itu di kelilingi bak terbuat dari semen. Pada tiga sudutnya, terdapat tripod yang terbuat dari tiga batang kayu glugu (batang pohon kelapa, red), yang disusun sedemikian rupa. Ketiga ujung atas batang itu kemudian dikaitkan sebuah kawat yang digunakan untuk menarik minyak dari perut bumi.

Cara mengangkat minyak di sumur nomor tiga ini cukup unik. Kawat yang dikaitkan dari sumur ke ujung tripod itu, lantas dikaitkan pada sebuah truk tua yang difungsikan sebagai penarik otomotis. Roda belakang kanan truk sengaja dilepas, yang kemudian digunakan untuk mengikat kawat tadi.

Ketika mesin dinyalakan, kawat tadi secara otomatis akan tertarik. Sebab, putaran as roda truk itu menyebabkan kawat di dalam sumur tertarik ke atas. Dari cerita para penambang, truk itu dulunya juga digunakan di sumur nomor 12, yang terletak sekitar sepuluh meter dari sumur nomor tiga.

Karena sumur nomor 12 sudah tidak aktif, truk itu kemudian dipindahkan ke sumur nomor tiga. Terbayang bagaimana susahnya para penambang memindahkan truk itu. Pasalnya, jarak sumur nomor tiga dan 12 itu, dipisahkan jurang yang cukup dalam.

Minyak yang keluar dari sumur lantas dialirkan ke dua buah bak melalui pipa yang ditanam di dalam tanah. Dua bak yang terbuat dari semen itu dijadikan alat penyaring minyak mentah. Endapan air dan kotoran lainnya kemudan dalirkan ke sebuah pipa yang terletak agak jauh dari bak pertama tadi.

Pihak penambang sengaja membuat beberapa saringan pembuangan agar limbah yang keluar tak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Sementara itu, minyak mentah murni hasil pengangkatan, kemudian ditempatkan pada sebuah tangki yang terletak bersebelahan dengan bak penyaringan tadi.

Begitulah, proses pengangkatan minyak dari perut bumi, melewati beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini, menurut Tatang, dilakukan guna mengurangi dampak pencemaran yang terjadi. Untuk meyakinkan Koran ini jika penambangan tak mencemari lingkungan, Tatang mengajak kami ke bak air limbah penambangan. “Lihat, tanaman disekitar masih tumbuh dengan bagus,” ujarnya.

Ia kemudian membandingkan rerumputan yang nampak kering kekuning-kuningan di sebelah tangki minyak hasil produksi. “Ini contoh jika tanaman rusak akibat limbah minyak, kering dan kemudian mati,” terangnya.

Tatang menyayangkan jika alasan utama pihak Perhutani RPH Padas PKPH Trembes KB KPH Randublatung menutup segala aktifitas penambangan di sumur tua itu, dikarenakan dapat memicu kerusakan lingkungan. Sebab, alasan itu tak terbukti di lapangan. “Kalau warga tak juga diperbolehkan menambang minyak, pasti Perhutani punya maksud lain atas sumur-sumur warisan Belanda ini,” katanya. (bersambung)

Dibalik Penutupan Sumur Minyak Warisan Belanda di Dusun Padas (2-habis)

Penambang Kantongi Keputusan Menteri ESDM, Perhutani Tegakkan UU Kehutanan

Proses ijin penambangan minyak secara tradisional di Dusun Padas, Desa Bendoharjo, Kecamatan Gabus, sudah mendapat ijin dari menteri Pertambangan pada tahun 1996. Bahkan, ijin itu dikuatkan dengan peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral pada tahun 2008. Saat penambang mulai beroperasi, Perhutani tiba-tiba menutup lokasi penambangan.


Mimpi warga Dusun Padas Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus untuk dapat mengelola sumur minyak tua di desa itu akhirnya terwujud. Melalui proses panjang sejak tahun 1996, akhirnya surat ijin pun keluar. Salah satu aktor yang getol memperjuangkan hak warga itu adalah Ketua KUD Widoro Kandang Gabus Mohammad Suhud.

Kepada saya, pria berkacamata ini menceritakan, pihaknya tetap bersikukuh, jika warga setempat memiliki hak penuh pengelolaan sumur-sumur tua peninggalan Belanda itu.

Melalui Kepmentanben No 1285. K/ 30/M. PE / 1996, pihaknya diijinkan mengelola sumur-sumur kaya emas hitam itu. Kategori sumur tua, menurut keputusan menteri itu, adalah sumur yang dibor sebelum tahun1970. Dijelaskan, hak pengelolaan sumur itu melalui Koperasi Unit Desa bekerjasama dengan pihak Pertamina.

Kepmen itu diperkuat dengan terbitnya Permen ESDM nomor 01 tahun 2008. Disebutkan, dalam pengelolaan sumur-sumur minyak itu, KUD juga dapat melibatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

“Jadi kami memiliki hak untuk mengelola sumur-sumur tua itu,” katanya. Mengelola menurut kepmen itu, berarti membersihkan sumur-sumur tua yang ada di areal milik perhutani seluas sekitar lima hektare di dusun itu.

Selain membersihkan, warga juga diijinkan mengangkat dan mengangkut hasil minyak mentah. Mengangkat, jelas suhud, berarti mengambil minyak mentah yang ada di perut bumu melalui sumur-sumur tua itu. “Sedangkan mengangkut berarti, mengirim hasil minyak mentah ke depo pertamina di Cepu,” jelasnya.

Dari hasil pemetaan, dilokasi itu sendiri terdapat 46 titik sumur minyak warisan Belanda. Dari jumlah itu, 22 sumur dinyatakan aktif. “Namun, yang ditambang hanya sembilan sumur saja,” terangnya.

Proses pembersihan sumur minyak sendiri baru bisa dilakukan pada Bulan Januari 2005. Pasalnya, dibutuhkan modal besar untuk melakukan proses produksi minyak. Saat itu, pihaknya berhasil menggandeng salah satu investor dari Jakarta. Sayangnya, selama proses berlangsung, investor itu memutuskan kontrak kerjasama karena alasan permodalan.

Tak patah arang, pihak KUD kemudian mencari investor baru. Pada Januari 2008, pihaknya mendapat kucuran dana investor dari Malaysia. Proses pembersihan sumur-sumur minyak itu pun dilanjutkan kembali.

Pada bulan Maret 2008, proses pengangkatan minyak pun dimulai. Dalam sehari, pihaknya dapat menghasilkan minyak mentah sebanyak 20 barel. Jumlah penambang saat itu mencapai 76 orang. Mereka bekerja dengan sistim shift, bergantian mengelola Sembilan sumur yang dioperasikan.

Dalam sehari, para penambang mendapat hnor bervariasi antar Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu. Hingga ditutup pada bulan Mei 2008, hasil produksi minyak mentah mencapai 109.500 liter. “Hasil produksi rencananya akan ditingkatkan hingga 50 barel perhari,” terangnya.

Belum lagi rencana itu terwujud, tiba-tiba pihak Perhutani KPH Randublatung menutup lokasi itu. Sejak 15 Mei tahun lalu, produksi minyak di sumur tua itu dihentikan. Pihak perhutani bersikukuh pada UU no 41 tahun 1999 tentang kehutanan. Disebutkan, semua kegiatan di hutan Negara harus seijin menteri kehutanan.

Pihak perhutani juga menuding penambangan sumur minyak itu dapat mengganggu ekosistem hutan. Dikhawatirkan, tanaman milik Negara akan mati akibat tercemar limbah minyak.

Alasan itu disanggah Suhud. Ia mencontohkan, produksi sumur minyak secara tradisonal di KPH Cepu dapat terus berjalan. “Kalau di Cepu saja bisa, mengapa di sini tidak bisa?” katanya dengan nada tinggi. Terkait tudingan pencemaran, pihaknya mempersilahkan peugas KPH Randublatung untuk mengecek langsung kondisi dilapangan.

Akibat penutupan ini, puluhan penambang akhirnya menganggur. Padahal menurut Suhud, mereka harus tetap menghidupi anak istrinya. Jika ini diteruskan, pihaknya khawatir jika warga akhirnya merambah hutan. “Jika ini sampai terjadi, hutan bisa saja semakin rusak akibat penjarahan,” ujarnya.

Tanggul Saluran Induk Sidorejo Ambrol

Kebutuhan Air PDAM ke 16.200 pelanggan tersendat

GROBOGAN- Akibat ambrolnya tanggul saluran induk Sidorejo sepanjang 20 meter di Dusun Samben, Desa Pilangpayung, Kecamatan Toroh Sabtu (31/1) pagi, PDAM Purwodadi kesulitan memenuhi kebutuhan air untuk pelanggannya. Sebab, ambrolnya tanggul BSR10 itu, menyebabkan air dari Bendung Sidorejo lari ke saluran pembuangan yang mengairi areal pertanian di sisi barat tanggul.

Menurut keterangan kepala unit PDAM Toroh Saemuri, produksi air di wilayahnya lumpuh total. Dampaknya, 553 pelanggan PDAM di Kecamatan Toroh tak bisa mendapatkan air bersih. “Kami upayakan dalam waktu dekat ini aliran air bias normal kembali,” jelasnya ketika ditemui di lokasi kejadian kemarin.

Tak hanya pelanggan di Kecamatan Toroh, Pelanggan di Purwodadi juga terancam tak mendapat kiriman air. Pasalnya, bahan baku air yang diolah di instalasi pengolahan air (IPA) PDAM di Kelurahan sambak, Purwodadi, juga mengandalkan pasokan air melalui saluran induk itu. “Air baku IPA dari Waduk Kedungombo juga dialirkan ke BSR 1 hingga BSR 13 melalaui saluran ini,” Tambahnya.

Terhentinya pasokan air dari saluran itu juga diungkapkan Direktur PDAM Ir Mulyadi SP. Untuk mengatasi hal itu, pihaknya kini mengandalkan air baku dari Sungai Lusi. “Debit dari Sungai Lusi hanya 70 liter per detik atau separuh dari debit air yang biasanya dipasok melalui BSR," terang Mulyadi.

Ambrolnya saluran itu, menurut keterangan Pengawas Pemasangan Pipa Bendung Sidorejo dari Balai PSDA, Setyo Wahyono diakibatkan umur tanggul yang sudah tua. Dikatakan, hingga kini, tanggul sudah berumur lebh dari 20 tahun. “Longsor juga dipicu oleh struktur tanah yang lembek karena hujan yang terus mengguyur selama tiga hari terahir,” terangnya kemarin.

Setyo menambahkan, longsor sepanjang 20 meter dengan kedalaman empat meter itu berada persis di avur (saluran pembuangan, red). Penyebab longsor diduga akibat retaknya dinding tanggul sehingga air mengikis tanah.

Dikatakan, saat ini pihaknya memang sedang melakukan pendataan bagian tanggul yang rusak. Dikatakan Setyo, kebocoran di lokasi longsor itu sebenarnya sudah diketahui sejak Rabu (28/1). “Namun belum sempat diambil tindakan perbaikan ternyata sudah jebol,” jelasnya.

Ia mengatakan, perbaikan akan segera dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian yang lebih besar. Terlebih, sebentar lagi petani akan menghadapi musim tanam kedua. “Begu sudah kami operasikan, semoga perbaikan rampung dalam waktu dekat ini,” harapnya.

Dari pantauan Koran ini, hingga kemarin puluhan petugas PDAM, Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) bersama Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), tengah mengupayakan perbaikan dengan membuat tanggul darurat di lokasi longsor. Pihak PDAM pun telah mendatangkan puluhan pipa untuk menalurkan air di lokasi itu.

Long Terod rusak, Bus Terguling

Satu Penumpang Luka Berat, Tujuh Lainnya Luka Ringan

GROBOGAN-Jalan bergelombang ruas Penawangan-Putatsari kemarin (1/2) pagi memakan korban. Bus PO Primkopad jurusan Semarang-Blora sekitar pukul 08.15 WIB terguling setelah long terod stirnya tak berfungsi. Menurut salah seorang penumpang, Sriwati, 52, bus saat itu melaju dengan kecepatan cukup tinggi.

Diceritakan, bus berpenumpang delapan orang itu melaju dari arah semarang menuju Purwodadi. Saat melintas di ruas jalan cor beton di Kawasan Putatsari, bus sebenarnya masih dalam keadaan baik. Namun, saat melintasi beberapa lubang pada ujung ruas jalan cor beton itu, badan bus tiba-tiba tergoncang.

“Setelah goncangan itu, tiba-tiba badan bus melaju ke arah kiri jalan dan akhirnya terguling ke sawah,” tuturnya. Penumpang pun kaget atas kejadian itu. Mereka kemudian berusaha menyelamatkan diri dengan memecah kaca jendela bus bernomor polisi K 1485 AF itu.

Beruntung tujuh orang penumpang dapat selamat dan hanya menderita luka ringan. Namun, satu penumpang bernama Purwati, 54, warga Perumahan Graha Mukti Semarang, mengalamai luka cukup serius. “Tangan adik saya patah dan kulitnya sobek sekitar sepuluh senti,” kata Sriwati. Korban lantas dilarikan ke RS Yakkum Purwodadi untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Sopir bus nahas Budi Wahono, 45, mengatakan, ia sudah berusaha mengendalikan bus saat kejadian berlangsung. Namun, mengetahui long terod rusak, ia pun mencoba mengerem laju busnya. “Bus saat itu melaju dengan kecepatan sedang, kalau ngebut, pasti akan lebih parah jadinya,” ujar warga Penawangan itu.

Proses evakuasi badan bus itu sendiri sempat menyebabkan kemacetan sepanjang satu kilometer. Pasalnya, untuk mengangkat badan bus, petugas hanya menggunakan dua derek manual yang diikatkan pada dua buah batang pohon, Sementara itu, sepuluh orang menarik rantai derek secara manual.

Setelah dua puluh menit proses evakuasi, bus akhirnya dapat ditarik. Kemacetan pun kemudian dapat diurai oleh petugas. Sementara itu, beberapa penumpang kemudian memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus lain.

Rabu, 28 Januari 2009

Letto, Iman dan Sholat Lail*)



Sapa tau suka menyanyikan lagu Letto?


Letto adalah sebuah grup band yang tergolong pendatang baru di blantika musik Indonesia. Band ini bermarkas di daerah Kadipiro Jogjakarta. Pentolan band ini adalah Noe, anak dari Emha Ainun Najib.


Sebuah postingan di salah satu blog memberi makna atas lagu ini. Secara lengkap, postingan itu berisi sbb:

Ku teringat hati yang bertabur mimpi
Kemana kau pergi cinta
Perjalanan sunyi yang kautempuh sendiri
Kuatkanlah hati cinta

Reff :
Ingatkan engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkan engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang kan membelaimu cinta
Kekuatan hati yang berpegang janji
Genggamlah tanganKu cinta
Ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri Temani hatimu cinta

Back to reff

Siapa yang tak kenal lagu itu?

Hampir semua lapisan masyarakat ngerti betul lagu ini, apalagi saat ini menjadi soundtrack dari salah satu sinetron di televisi swasta. Maka tak heran jika anak kecil, remaja aktivis dakwah atau bukan mengenalnya bahkan mungkin hafal diluar kepala.


Seperti salah satu adik binaan saya. Suatu ketika dia membuka isi lagu di hp saya, salah satunya terdapat lagu sebelum cahaya milik letto. Lagu tersebut didengarnya terus menerus diulang-ulang hingga temen-temen yang lainnya datang.


Sengaja saya mendengarkan dia bernyanyi dan praktis mendengarkan pula apa yang dia nyanyikan.


"Sebelum cahaya"??
Penasaran juga kan ...apa sih maksud lagu itu???
Sampai akhirnya saya bertanya pada dia,
"dik, asyik banget nyanyinya... hmmm...da banyak
kenangan nii...dengan lagu itu??
Dia menjawab, "jelas mbak..banyak kenangan..".
Mbak pingin tahu?? Saya mengangguk..

dan dia mulai menceritakan apa yang dimaksud kenangan tersebut


Kata pertama yang keluar adalah, "itu kan ngingetin kita sama sholat lail mbak?"
Heran dan takjub sebetulnya hati saya, kok bisa ya??
Dia meneruskannya ..


Bait pertama lagu ini menunjukkan kalau Allah selalu mengawasi kita, Allah melihat kita yang sedang tidur tiba-tiba terbangun...


kita pergi untuk ambil air wudhu, maka mengapa disana dituliskan kemana kau pergi...
kemudian kita menegakkan sholat malam, dalam kesunyian, sendiri ketika semua orang tengah terlelap ketika dingin sangat menusuk di tulang, ketika mata masih terkantuk-kantuk. Siapa yang sanggup untuk menjalankannya?


Butuh kekuatan hati untuk melaksanakan raka'at demi raka'at, lantunan ayat2 suci yang kita baca dan dzikir dengan penuh ketawadhuan.


Inilah makna yang dia temukan dalam baris perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri, kuatkan hatimu cinta.


Bait kedua, Allah ingin menentramkan hati kita, Allah mengingatkan bahwa kita tidak sendiri dalam menjalankan sholat Lail, lihatlah ada embun pagi yang selalu menemani kita hingga fajar muncul dari ufuk timur dan rasakanlah sepoi-sepoi angina di sepertiga malam, yang dengan sangat lembut meniup mukena kita.


Sungguh kita tidak sendiri saat sholat Lail ditegakkan. Dan mereka inilah yang dapat kita jadikan saksi di akhirat kelak.


Bait ketiga menerangkan siapa yang punya tekad kuat tersebut?
untuk menegakkan sholat malam setiap hari, setiap malam. Dia adalah orang-orang yang selalu berpegang teguh pada janjinya terhadap Allah.


Janjinya bahwa dia kan selalu menjadikan Allah sebagai Illah dalam hidupnya Subahanallah. ternyata.


*) tulisan ini saya posting dari milis di email saya.

Pemkab Rencanakan Penataan Kembali Bledug Kuwu


Pemkab Grobogan melalui Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) berencana menata kembali kawasan obyek wisata Bledug Kuwu. Beberapa fasilitas obyek wisata yang terletak di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan ini kondisinya sangat memprihatinkan.

Kepala Disporabudpar Pirman mengatakan penataan kawasan Bledug Kuwu ini bukannya tanpa alasan. Dikatakan, kawasan wisata Bledug Kuwu itu sudah dikenal masyarakat luas. “Jika pengunjung banyak, berarti pendapatan juga semakin banyak,” katanya.

Dari pantauan Koran ini, beberapa gardu pandang di objek wisata itu kondisinya memprihatinkan. Lantai kayu yang menjadi lantai gardu itu, beberapa sudah mulai lapuk. Bahkan, satu gardu yang terletak di sebelah ujung timur hampir roboh.

Menurut keterangan salah seorang penjaga, sudah lama tidak ada perbaikan fasilitas di objek wisata seluas 45 hektar itu. Bahkan, tempat parkir kendaraan bermotor juga sangat sempit. “Jika sedang ramai pengunjung, banyak kendaraan tak kebagian tempat parkir,” katanya.

Minimnya fasilitas yang disediakan pengelola juga dikeluhkan oleh beberapa pengunjung. Jono misalnya, warga Kecamatan Pulokulon ini mengatakan suasana obyek wisata Bledug Kuwu sudah mulai kumuh. “Banyak coretan tulisan di gardu, kesannya kurang rapi,” keluhnya.

Minimnya sumber daya manusia di lingkungan Disporabudpar, menurut Pirman menjadi salah satu kendala pihaknya dalam mengembangkan kawasan wisata di Kabuapten Grobogan. Meski demikian, rencana penataan Bledug Kuwu dan beberapa objek wisata lainnya tak akan terganggu. “Dengan pentaan kawasan itu, diharapkan jumlah pengunjung bertambah,” harap Pirman.

Bledug Kuwu Snapshot





Ketika Umat Katolik Purwodadi Peduli konflik Gaza



Kumpulkan Dana Bantuan, Salurkan Lewat PMI

Konflik Palestina-Israel tak hanya mengundang keprihatinan dari umat Islam saja. Di Purwodadi, umat Gereja Katolik Hati Yesus Maha Kudus mencoba mengumpulkan dana bantuan. Rencananya, dana yang terkumpul akan disumbangkan untuk korban sipil agresi militer Israel. Bagaimana caranya?

Suasana misa Sabtu sore umat Gereja Katolik Yesus Maha Kudus Purwodadi sedikit berbeda. Ini lantaran pengurus gereja meletakkan dua kotak setinggi pingang orang dewasa, tepat di depan pintu gereja. Dua kotak berwarna coklat itu akan tetap diletakkan di sana hingga misa Minggu pagi keesokan harinya berakhir.

Pada sisi di kedua kotak itu terdapat sebuah kertas dengan tulisan berukuran besar dan sedikit mencolok. Kotak pertama bertuliskan Sumbangan untu korban perang Israel-Palestina. Sedang kotak disebelahnya, bertuliskan Sumbangan untuk korban banjir Kudus-Pati.

Satu dua umat berdatangan. Bersama itu, seorang ibu tua umat gereja itu berhenti sejenak di depan dua kotak itu. Sesekali ia mengamati tulisan yang ditempel di kotak-kotak itu. “Koh, kotak ini untuk apa?” tanyanya kepada pengurus gereja yang kebetulan berada di dekat kotak itu.

Pria paruh baya itu pun menjelaskan bahwa itu adalah kotak amal bantuan umat gereja untuk korban konflik Gaza dan bencana banjir di Kudus dan Pati. Paham atas penjelasan pengurus gereja itu, ia pun lantas bergegas mengeluarkan dompet yang ia taruh di tas tangannya.

Dengan gesit, ia mengambil lembaran uang kertas di dalam dompetnya. Lantas, dengan susah payah, ia kemudian memasukkan uang itu ke dalam masing-masing kotak. Usai dengan hajatnya itu, ia pun bergegas masuk ke dalam gereja, bergabung dengan ratusan umat yang telah duduk rapi di depan meja altar.

Dua kotak amal itu bukan tanpa maksud ditaruh oleh pengurus gereja. salah seorang pengurus gereja mengatakan kepada Koran ini, jika ide melakukan penggalangan dana untuk konflik Gaza, sudah lama terpikirkan. Hanya saja, ia mengaku belum ada waktu yang tepat.

Seminggu lalu, bersama dewan Paroki gereja, pria yang namanya enggan dikorankan itu mengaku sudah berinisiatif melakukan kegiatan serupa. Mereka pun mencari momen yang tepat. Dipilihnya momen misa hari Sabtu sore (24/1) dan Minggu pagi (25/1) itu bukannya tanpa alasan.

“Kebetulan hari Senin kan ada Imlek, jadi kami menggunakan momen imlek untuk melakukan penggalangan dana,” terangnya penuh semangat. Jadilah dewan gereja kemudian menyiapkan dua kotak yang kemudian ditaruh tepat di depan gereja yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman itu.

Lantas, bagaimana dewan Paroki gereja menyalurkan dana yang terkumpul? Melalui jaringan gerejakah? Ternyata tidak. Paroki gereja lebih memilih pihak yang netral (tak berbau satu golongan agama, red), untuk penyaluran sumbangan itu.

Setelah berembug, akhirnya disepakati jika dana korban konflik Gaza yang terkumpul, nantinya akan dititipkan ke Palang Merah Indonesia (PMI), melalui Forum Kebebasan Umat Beragama (FKUB). Sedangkan dana bantuan korban banjir, akan langsung diberikan ke korban banjir di Kudus dan pati.

Meskipun tak seberapa, ia mengatakan jika bantuan ini lepas dari muatan agama. “Ini murni misi kemanusiaan,” tegasnya.Dengan bantuan ini, mereka ingin menegaskan jika konflik gaza bukanlah konflik antar agama. “Di Palestina sendiri, selain umat muslim, umat nasrani juga banyak yang jadi korban,” bebernya.

Melihat Gerak Elok Penari Muda di Sanggar Purnama Sidi



Tanamkan Rasa Cinta Tari Tradisional Sejak Usia Dini



Ditengah maraknya berbagai permainan modern, sekumpulan anak-anak masih saja mencintai seni tari tradisional. Di sanggar Tari Purnama Sidi, puluhan anak berlatih berbagai macam tari tradisional Jawa. Bahkan, beberapa diantaranya sudah berhasil mengukir prestasi yang menggembirakan. Berikut kisahnya.


Suara alunan Gending Jawa yang mengalun sayup-sayup itu menyita perhatian setiap pengguna jalan yang melintas di Jalan Siswomiharjo Purwodadi. Tak terkecuali saya. Guna mencari sumber suara, Saya lantas berbalik arah mencari tempat yang dimaksud. Akhirnya langkah kaki berhenti pada sebuah rumah, tepat berada di sisi selatan jalan itu.


Di rumah berarsitektur Joglo itu, nampak puluhan anak-anak sedang berlatih menari tarian Jawa. Ternyata, suara gamelan yang tadi terdengar, berasal dari suara mini tape untuk mengarahkan gerakan anak-anak itu.


“Ayo mendaknya jangan lupa, mendak, mendak,” tegas salah seorang instruktur yang belakangan diketahui bernama Tutik. Begitulah, gerakan mendak adalah gerakan yang paling sulit dikuasai anak-anak yang tergabung dalam sanggar tari Purnama Sidi itu.


Ketika instruktur Tutik mengatakan mendak, itu artinya pinggul para anak didiknya harus diturunkan. Kaki harus ditekuk, sementara badan melengkug mengikuti gerakan kaki yang menekuk tadi. Selain Tutik, di sanggar itu juga ada satu instruktur lagi bernama Nanik, yang tak lain adalah kakak kandungnya.


Gerakan ini, kata Tutik si adik, jika dipraktikkan oleh penari pemula yang masih kaku mirip gerakan tiang listrik yang dibengkokkan. Gerakannya belum bisa luwes. “Kaku sekali, lucu, jadi ingin tertawa,” tuturnya sembari tertawa kecil.


Begitulah, selain gerakan dasar mendak, gerakan tangan atau dalam istilah seni tari disebut ukel, juga susah dikuasi. Terlebih oleh penari pemula. Meski demikian, ia terus mengajari anak didiknya dengan sabar.
Yang terpenting bagi Tutik dan Nanik, anak didiknya harus terus senang menari.


Di sanggar yang telah didirikan sejak 20 tahun lalu itulah, kakak beradik Nanik dan Tutik mengajar tarian Jawa pada puluhan anak didiknya. Saat Koran ini bertandang ke sanggar tarinya, 12 anak usia sekolah dasar sedang belajar menari meski cuaca siang itu sedang panas terik.


Di sanggar yag baru dua tahun diberi nama “Purnama Sidi” itu, anak didik Nanik dan Tutik diajari beberapa tari tradisional. Disebutkan, selain tari merak, anak didiknya juga berlatih tari Candi Ayu, Bondan, golek serta beberapa jenis tarian tradisional yang lain.


Mereka berlatih dua kali dalam satu minggu. Seitiap hari Minggu dan Jum’at, siswa sanggar tari Purnama Sidi itu meluangkan waktu bermainnya untuk berlatih tari-tarian Jawa. Pada hari Jum’at, latihan dimulai tepat pada pukul 11.00. “Sedangkan hari minggu, anak-anak biasanya berkumpul mulai pukul 08.00 pagi,” terang Nanik.


Kedua kakak beradik itu memang sengaja membidik segmen anak sekolah dasar sebagai anak didiknya. Sebab, semakin dini usia anak didik berlatih tari, semakin luwes gerakan tubuhnya.


Seperti halnya Nanik, ia belajar tari sejak usia sepuluh tahun. Saat itu, ia diajari tari Jawa oleh kakak sepupunya yang berasal dari Kota Solo. Sejak itu, ia terus mendalami berbagai macam tari. Hingga akhirnya, bersama adiknya Tutik, ia mendirikan sanggar tari itu.


Puluhan tahun mengajar, banyak anak didiknya yang telah mengukir prestasi. Salah satunya Mayang Sari. Gadis cilik yang masih duduk di bangku kelas IV SDN 12 Purwodadi ini, pernah mewakili kota Purwodadi pada kompetisi tari tradisioanl se Jawa Tengah. Saat itu, gerakan tarinya disiarkan oleh stasiun TV lokal di Jawa Tengah.


Senang tak terkira bagi Tutik dan Nanik melihat anak didiknya menari di layar kaca. Meski pulang tanpa raihan juara, nama Mayang tetap dielu-elukan di sanggar tari bahkan di Kota Purwodadi.


Ditanya bagaiamana perasaan Mayang bisa tampil di layar kaca, gadis bermabut ikal itu mengaku senang. Ia tak merasa putus asa meski tak juara.“Tahun Depan akan saya coba lagi,” kata Mayang polos.

Imlek Ditengah Putusnya Generasi

Hanya Lakukan Ritual Penjamasan Benda-benda Suci

Tak ada ornamen Imlek khusus yang disiapkan oleh Pengelola Klenteng Hok An Bio pada perayaan imlek tahun ini. Seperti tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya, gegap-gempita imlek tak begitu terasa di satu-satunya klenteng di Purwodadi itu.

Satu kegiatan yang agak beda dari hari-hari biasanya, Pengelola Klenteng melakuakn ritual penjamasan (Pensucian, red) benda-benda suci di Klenteng itu. Menurut Parjoko, salah satu penjaga Klenteng, ritual penjamasan telah dilaksanakan seminggu sebelum perayaan Imlek tiba. “Ritual penjamasan telah berlangsung Selasa (20/1) lalu,” terangnya.

Selain ritual penjamasan, hampir tak ada kegiatan yang mencolok lainnya. “Memang Imlek tak dirayakan besar-besaran di sini,” bebernya. Saat imlek tiba, jelas pria yang mengaku memeluk Agama Budha ini, umat Konghucu di Purwodadi hanya melakukan sembahyang seperti biasanya.

Pihaknya memang tak menyiapkan ornamen khusus untuk perayaan imlek. Yang ada hanyalah dua bendera ucapan selamat tahun baru imlek di pintu masuk klenteng. “Itu pun yang memasang dari salah satu sponsor,” terangnya.

Ditambahkan, para pemeluk Tri Dharma (Taoisme, Budha dan Konghucu, red) biasanya melakuakn ritual pada waktu-waktu khusus. Disebutkan, saat pagi hari, satu dua pengunjung melakukan ritual sembahyang di Klentyeng itu.

Parjoko mengatakan, penganut Tri Dharma di Purwodadi saat ini tinggal sedikit. Banyak dari Etnis Tionghoa yang saat ini telah pindah agama lainnya. “Jadi sekarangs embahyangnya tak lagi ke Klenteng,” tuturnya.

Regenerasi Putus, Klenteng Tak Lagi Punya Kader

Perayaan tahun baru China atau yang populer disebut Imlek di Kabuapten Grobogan tak semeriah seperti di kota sekitarnya. Ini Dikarenakan jumlah umat Konghucu di Purwodadi sangat sedikit. Menurut Budi Susanto, pengelola Klenteng Tri Dharma Hok An Bio Purwodadi, saat ini penganut kepercayaan ini tinggal sekitar 30 umat saja.

Hal ini, menurut pria yang bernama asli Njoo Beng Swit karena pihaknya tak punya generasi penerus. “Kaderisasi di klenteng tak jalan,” katanya dengan nada rendah.

Diceritakan, putusnya kaderisasi ini mulai terlihat sejak tahun 1965. Saat pemberontakan G 30 S PKI meletus, etnis Tionghoa mendapat tekanan dari pemerintah. Segala kegiatan yang berbau ritual Konghucu dibatasi.

Etnis Tionghoa kemudian tak lagi diberikebebasan untuk menajalankan kegiatan agama. Termasuk juga mengembangkan kebudayaan seperti Tari Barongsai dan Liong. Bahkan, nama China pun harus ditanggalkan. Budi menambahkan, Warga Tionghoa pun kemudian dipaksa untuk pindah agama.

Mereka yang kala itu berjumlah ratusan pun kemudian banyak yang beralih memeluk agama lain. Diantaranya Kristen, Katolik dan Budha. Setelah, mereka beralih ke agama lain, Klenteng pun sepi pengunjung. Ritual keagamaan mandeg. Regenerasi pun putus tak ada yang meneruskan.

Budi menambahkan, karena banyak yang pindah agama, keluarga dan keturunan mereka pun lantas ikut ritual agama yang baru juga. “Jadi anak cucu mereka kemudian semakin jauh dari Klenteng,” tambahnya.

Di Grobogan sendiri, kata Budi, hanya ada empat Klenteng. Selain Klenteng Hok An Bio yang terletak di Kota Purwodadi, tiga klenteng lainnya terletak di Kuwu, Kecamatan Wirosari dan Gubug. “Jumlah umat di masing-masing Klenteng pun hanya sedikit,” tambahnya.

Sejak tahun 1965 itulah, tutur Budi, Klenteng Hok An Bio semakin kehilangan pamornya. Ritual agama hanya dilakukan oleh segelintir orang yang masih teguh memegang agamanya. Setiap Imlek datang, tambah Budi, pihaknya hanya merayakan kecil-kecilan. “Paling banter hanya sukuran makan-makan bersama naggota pengelola Klenteng,” terangnya.

Rabu, 21 Januari 2009

GALERI KRU BETA




Tarif Angkutan di Kabupaten Grobogan Turun 10 persen

Meski tarif angkutan mulai turun, namun jumlah penumpang di terminal Purwodadi belum ada peningkatan signifikan.


GROBOGAN-Tarif angkutan kota yang beroperasi di Kabupaten Grobogan bakal turun hingga sepuluh persen. Langkah ini diambil setelah pemerintah pusat menurunkan kembali harga BBM menjadi Rp 4.500 per liter. Supir dan pemilik angkutan pun kini tak punya alasan lagi untuk tidak menurunkan tarif angkutanya.

Menurut keterangan Kabid Lalu Lintas dan Angkutan pada Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi (Dishubinfokom) Kabupaten Grobogan Bambang Panji AB, penurunan tarif tak hanya berlaku untuk angkutan kota atau pedesaan saja, tetapi juga angkutan lainnya. “Tarif bus juga akan disesuaikan,” tegasnya kemarin.

Saat ini, pihaknya sedang melakukan pembahasan dengan istansi terkait, ia mengatakan, semua dinas terkait telah sepakat untuk segera melakukan penyesuaian tarif jasa angkutan secepatnya. “Besaran penurunan tarif berkisar tujuh hingga sepuluh persen,” jelasnya.

Penyesuaian tarif ini, jelas Bambang, sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 1Tahun 2009. Disebutkan, tarif batas atas untuk wilayah I, meliputi seluruh daerah di Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa tenggara turun dari Rp 150 menjadi Rp 139 per kilometer. “Sedangkan batas bawah turun dari Rp 92 menjadi Rp 86 per kilometer,” terangnya.

Meski demikian, Sebagian awak angkutan Purwodadi-Toroh sudah menurunkan tarif hingga Rp 3 ribu untuk penumpang umum dan untuk pelajar sebesar Rp 1 ribu. “Namun juga ada supir yang memungut penumpangnya sebesar Rp 4 ribu (tarif lama,red),” jelasnya. Karena belum ada keputusan penyesuaian tarif dari pemerintah, pihaknya pun membiarkan saja.

Sedangkan untuk tarif bus antar kota pun sudah mulai turun. Ia mencontohkan, tarif bus jurusan Purwodadi-Semarang turun dari RP 11 ribu menjadi Rp 10 ribu. “Setelah penyesuaian tarif nanti diberlakuan, tarif bus Puewodadi-Semarang hanya Rp 9 ribu,” jelasnya.

Setelah tarif baru diatur, pihaknya mendesak seluruh awak angkutan untuk menerima dan melaksanakan aturan itu. Bambang menambahkan, ini adalah konsekuensi dari penurunan harga BBM oleh pemerinah. “Masak BBM sudah turun tiga kali, tapi tarif masih eggan diturunkan,” katanya.

Sementara itu, beberapa supir di Terminal Purwodadi menyambut dingin rencana pemberlakuan tarif baru itu. Ahmad misalnya, supir bus jurusan Purwodadi-Pati ini tak mau berkomentar banyak terkait rencana penyesuaian tarif angkutan. “Ya semoga harga suku cadang juga ikut turun, jadi kita juga masih bisa ambil untung,” katanya datar.

Angka Kredit Fidusia Pegadaian Cabang Purwodadi Capai 3M


GROBOGAN-Meski banyak lembaga keuangan menawarkan kredit dengan berbagai kemudahan, Kredit Angsuran Fidusia (Kreasi) Pegadaian cukup diminati masyarakat. Terbukti, angka Kreasi hingga akhir tahun 2008 mencapai lebih Rp 3 milliar.


Jumlah nasabah Perum Pegadaian cabang Purwodadi pun mencapai 175 orang nasabah. Menurut manajer Perum Pegadaian Cabang Purwodadi Moch Said, perolehan angka kredit ini sesuai target yang ditetapkan kantor pusat Perum Pegadaian. “Bahkan, angka kredit sedikit melampaui target yang telah ditetapkan,” katanya kemarin.


Di tahun 2009, pihaknya mentargetkan pencapaian angka kredit sebesar Rp 5 miliar. Target ini menurut Said cukup rasional, mengingat banyak calon nasabah yang mengaku tertarik dengan Kreasi. “Hingga 20 Januari kemarin saja, angka kredit sudah mencapai Rp 450 Juta,” bebernya.


Pihaknya optimis angka kredit akan terus naik, mengingat Kreasi menawarkan bunga ringan. “Bunga hanya 0,9 persen perbulan ,” terangnya. Rendahnya bunga Kreasi ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para calon nasabah. Terlebih syarat pengajuan Kreasi sangat musah.


Dijelaskan, untuk mengajukan pinjaman Kreasi, nasabah diharuskan memiliki usaha. Dikatakan, usaha yang dimilki calon nasabah bisa berskala kecil, mikro maupun menengah. Kepemilikan usaha ini ditandai dengan bukti SIUP maupun surat keterangan dari kepala desa calon nasabah “Kami berikan banyak kemudahan, karena kredit ini memang dikhususkan untuk program penegmbangan UMKM,” jelas Said.


Ia menambahkan, syarat pengajuan pinjaman ini juga harus menyertakan agunan berupa BPKB kendaraan bermotor, minimal keluaran 15 tahun terakhir. Besarnya modal tergantung nilai taksiran dari harga kendaraan calon nasabah. “Jumlah pinjaman bervariasi, dari Rp 1 juta hingga Rp 100 juta,” bebernya.


Jika semua syarat terpenuhi, Moch said menjanjikan uang pinjaman akan segera dicairkan. Ia mengatakan, pencaian dana itu selambat-lambatnya tiga hari setelah pengajuan pinjaman disetujui pihak Pegadaian.


Saat ini, pihak Pegadaian Cabang Purwodadi sedang melakuakn sosialisasi kepada para calon nasabah. Diseutkan, calon nasabah yang paling potensial adalah para pedagang di pasar-pasar yang tersebar di kota purwodadi dan sekitarnya.

Awas, Penipuan Berkedok Bantuan Madrasah!

GROBOGAN-Penipuan berkedok bantuan dana Pemberdayaan mutu madrasah dan pesantren kembali marak di Kabupaten Grobogan. Kali ini, sasaranya adalah sekolah-sekolah madrasah dan pondok pesantren di pinggiran kabupaten Grobogan. Bahkan, ada sekolah yang sudah tertipu jutaan rupiah.

Penipuan ini terbongar setelah Kepala sekolah madrasah Darul Ulum Selojari Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan Jupri curiga setelah ia menerima surat dari Departemen Agama (Depag). Dalam surat yang ditandatangani Direktur Pendidikan Islam Depag RI itu, disebutkan pihak madrasah akan dijanjikan sejumlah dana bantuan.

Ia pun kemudian berinisiatif menghubungi pihak yang tercantum dalam surat itu. Ia mengatakan, agar dana bantuan sebesar Rp 125 itu cair, ia harus menyetorkan uang sebesar Rp 5 juta kepada seorang yang mengaku oknum Depag itu. “Curiga format surat yang janggal, akhirnya saya lapor Pak haji Bowo (Nurwibowo, Wakil Ketua DPRD Grobogan, red),” terangnya kemarin.

Nurwibowo pun akhirnya menghubungi salah seorang temannya di kantor Depag pusat. Ia juga mengirim surat edaran yang diterima Jupri via fax. Hasilnya, ditemukan beberapa kejanggalan pada surat yang dimaksud.

Disebutkan, alamat yang tertera pada kepala surat salah. “Seharusnya nomor alamat kantor Depag 3-4, di surat tercantum 304,” terang Politisi dari PKB itu. Ditambahkan, Nomor telpon dan stempel yang tertera di surat juga tak sesuai dengan yang semestinya. Terlebih, nama Direktur Pendidikan Islam yang tercantum juga salah.

Tahu surat itu sarat unsur penipuan, ia pun menyarankan kepada pengurus Madrasah Darul Ulum untuk tak menggubris surat itu. Terlebih, setelah menghubungi pihak Depag Kabupaten Grobgan, diketahui jika prosedur bantuan apapim ke sekolah madrasah dan Ponpes, harus lewat kantor Depag Kabupaten dulu.

Dari informasi yang diterimanya, surat serupa juga diterima oleh banyak sekolah madrasah dan pesantren di pinggiran Grobogan. “Jika menerima surat yang mencurigakan, silakan berkonsultasi dulu kepada dinas yang terkait,” imbaunya.

Sementara itu, Kapolres Grobogan AKBP Isnaeni Ujiarto melalui Kasatreskrim AKP I Nyoman Widiana mengatakan jika penipuan berkedok salah satu instansi pemerintah itu adalah modus lama dan sering terjadi di Grobogan. “Itu modus lama, biarkan saja tidak usah ditanggapi,” tegasnya.

Banjir Bandang Terjang Lima Desa

Warga desa Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan mulai membersihkan lumpur yang masuk kerumah-cw1


Ketinggian air di KB 1 Sungai Jragung mencapai 280meter


Ratusan Hektar Sawah Terendam Air


GROBOGAN-Akibat hujan yang terus-menerus mengguyur selama tiga hari terakhir, lima desa di Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan Senin (12/1) Pukul 20.00 WIB diterjang banjir bandang. Terjangan banjir bandang ini mengakibatkan ratusan hektar sawah dan rumah di lima desa yaitu Kebonagung, Tlogorejo, Tajemsari, Karangpasar dan Mangunsari tergenang air.


Kerusakan terparah terjadi di Desa Kebonagung. Menurut keterangan salah seorang warga Desa Kebonagung Suwardi, air Sungai Cabean terus meninggi sejak sore hari. Akibatnya tanggul sepanjang 200 meter di Desa Kebongung tergerus air. “Ketinggian air di sungai mencapai 280 meter, air lalu meluap ke pemukiman desa,” terangnya.


Dikatakan, air bah mulai menerjang desa sejak sore hari. Puncaknya, pada pukul 20.00 WIB ketinggian air di pemukiman warga mencapai ketinggian setengah meter. Dijelaskan, air yang bercampur lumpur masuk ke rumah warga. Akibatnya 30 rumah warga di Desa Kebonagung terendam air.


Ia menambahkan, lahan persawahan di desa itu juga tergenang air dengan ketinggian mencapai satu meter. Akibatnya, tanaman kedelai dan jagung siap panen milik petani rusak parah. Selain itu, tanaman padi yang telah berumur dua bulan juga rusak terendam air. Luas areal persawahan yang tergenag mencapai 125 hektar.


Di Desa Tlogorejo, banjir menyebabkan 198 unit rumah warga terendam air. Selain itu, 30 hektar sawah petani juga terendam air. Kepala Desa Tlogrejo Purwanto mengatakan untuk meminimalisir kerugian akibat banjir, warganya telah menutup tanggul di tiga titik sepanjang 150 meter dengan 500 karung berisi pasir.


Sementara itu, warga Desa Tajemsari juga melakukan penguatan tanggul di sejumlah titik. Menurut Keterangan Kepala Desa Tajemsari Setyo Budi , warganya telah melakukan penguatan tanggul sejak pukul 01.00 Dinihari. “Karena warga sigap, kerugian akibat banjir dapat diminimalisir,” terangnya.


Terpisah, Camat Tegowanu Sudarmoyo mengatakan pihaknya telah memprediksi datangnya banjir bandang itu. Dikatakan, melihat intensitas hujan yang tinggi, ia langsug menghubungi pihak pemkab untuk menyiapkan 1000 buah sak. “Kami juga telah mengajukan tambahan sak sebanyak 2000 sak ke Pemkab, serta bantuan makanan berupa beras dan mie instant,” terangnya kemarin.


Ia menambahkan, saat ini Desa Kebonagung menjadi prioritas perbaikan. Tanggul sepanjang 200 meter akan segera ditambal. “Kali yang dangkal karena sedimentasi juga akan dikeruk dengan alat berat,” terangnya.

Atribut Parpol Bandel Ditertibkan


GROBOGAN-Atribut partai peserta Pemilu di Kabupaten Grobogan yang dipasang ditempat-tempat terlarang kemarin (19/1) ditertibkan. Penertiban atribut ini dikonsentrasikan di jalan-jalan protokol di kota Purwodadi. “Atribut yang melanggar estetika akan dibersihkan” tegas Ketua Panwas Grobogan Sumedi.

Selain anggota Panwas Kabupaten Grobogan, penertiban ini juga diikuti dinas terkait seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), Satpol PP, Kantor Kesbanglinmas, Kantor Perijinan dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Grobogan.

Untuk mempercepat kerja penertiban atribut, seluruh anggota dibagi dalam dua tim. “Masing masing tim diikuti dua orang dari perwakilan tiap kantor dinas,” terang Sumedi. Setelah melakukan rapat koodinasi di kantor Panwas, sekitar Pukul 09.00 masing-masing tim lantas bergerak ke tempat-tempat yang telah di tentukan.


Sumedi menerangkan, tim satu yang langsung dipimpinya bergerak menertibkan atribut di wilayak kota bagian barat. Jalan-jalan protokol di wilayah ini meliputi Jalan Jendral Sudirman, Hayam Wuruk, S Parman, DI Panjaitan hingga alun-alun kota Porwodadi.

Sedangkan tim dua bergerak di wilayah bagian barat Purwodadi. Wilayah ini meliputi Jalan Ahmad Yani, Gajah Mada R Suprapto dan sekitar kawasan Simpang lima Purwodadi. “Tim dua dipimpin oleh Pak Junaedi (anggota Panwas Kabupaten Grobogan, red),” Terangnya.

Selain menertibkan atribut yang di pasang di jalan-jalan protokol, tim juga membersihkan atribut yang di tempel di pohon. Menurut Sumedi, selain melanggar aturan atribut bendera yang dipasang di atas pohon sangat membahayakan jiwa pengguna jalan. “Terlebih bendera yang di pasang berukuran besar, kalau kena angin bisa-bisa roboh menimpa pengguna jalan,” jelas Sumedi.

Sementara itu, Ketua Divisi Kampanye dan Pemungutan Suara Sakta Abaway Sakan mengatakan, penertiban atribut ini sesuai dengan Keutusan Bupati Grobogan no 273/1116/2008. Keputusan ini, jelas Sakta, mengatur tentang lokasi pelaksanaan kampanye dan tempat pemasangan alat peraga kampanye pemilu. “Keputusan ini mengatur semua alat peraga kampanye bagi calon anggota DPR, DPRD dan DPRD Kabupaten di Grobogan,” jelasnya.

Dalam pelaksanaan penertiban atribut kampanye pemilu kemarin, kedua tim bentukan panwas itu berhasil menertibkan tak kurang 800 atribut kampanye berbagai jenis, seperti bendera berbagai ukuran, poster dan pamflet. “Kami telah mengirim surat ke Parpol terkait penertiban atribut ini, jadi kalau ada Parpol yang tidak puas silakan hubungi kami,” terang Sumedi.

Sayangnya, hingga sore kemarin, beberapa bendera dengan ukuran besar masih terlihat di jalan depan Kantor Pegadaian Purwodadi. Bendera dengan ukuran besar dari beberapa Parpol peserta Pemilu itu, dipasang dengan menggunakan bambu dan dipaku pada pohon peneduh di sepanjang jalan itu.

KPH Gundih Bagikan Dana Sharing Pengelolaan Hutan

GROBOGAN-Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih Januari ini akan membagikan dana sharing sebesar Rp 450 juta. Dana sharing ini diperoleh dari pengelolaan hutan bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) selama tahun 2008, yang didapat dari produksi kayu hutan rimba mewah jenis mahoni.

Menurut keterangan Administratur KPH Gundih Oscar S Maukar dan Humas KPH Gundih Purwoto, pihaknya selama ini telah melakukan pengelolaan kayu hutan jenis jati dan rimba bersama anggota LMDH. Ditambahkan, sebanyak 26 LMDH di bawah naungan KPH Gundih berhak atas sharing dana itu.

Ditanya besarnya dana yang akan diperoleh tiap LMDH, Oscar mengatakan itu tergantung besarnya produksi kayu mahoni di setiap wilayah LMDH itu. “Jadi besar dana yang diperoleh tiap LMDH berbeda-beda,” terangnya kepada wartawan kemarin.

Dana itu nantinya akan digunakan untuk program pengembangan usaha produksi di setiap LMDH. Saat ini, setiap LMDH memiki program usaha diluar usaha produksi hutan. Disebutkan, ada yang memilki usaha ternak, usaha produksi emping dan kerajinan tangan. “Diharapkan dengan bantuan dana sharing ini, usaha mereka dapat terus berkembang,” harap Oscar.

Selain untuk program pengembangan usaha, Pihak KPH Gundih juga berencana untuk program pendidikan di wilayah itu. Sebagian dana akan digunakan untuk pembangunan gedung Taman Kanak-kanak dan bangunan sekolah lain. “Ini juga bagian dari program CSR (Corporate Social Responsibility, red) kami,” terangnya.

Oscar berharap, kerjasama yang telah dibangun antara KPH Gundih dan anggota LMDH dapat terus dilakukan. Selain dapat mendatangkan keuntungan, kondisi hutan juga dapat terus dijaga. “Ibaratnya simbiosis mutualisme, jadi saling menguntungkan,” tambahnya.

Rugikan Negara Lebih dari 1M

Kajari Usut Penyelewengan Anggaran Perawatan Kendaraan Dinas


GROBOGAN-Kejaksaan Negeri (Kejari) Purwodadi kini sedang melakukan pengusutan terkait dugaan penyelewengan penggunaan anggaran perawatan kendaraan dinas di lingkungan anggota DPRD. Pengusutan ini difokuskan pada perawatan kendaraan yang digunakan oleh anggota maupun pimpinan Dewan.

Disebutkan, kerugian negara akibat penyelewengan anggaran perawatan kendaraan dinas ini mencapai RP 1 M lebih. Menurut keterangan Kepala Kejaksaan (Kajari) Purwodadi Hendrizal Husin dampingi Kasi Intel Kejari Lilik Setyawan, penyelewengan ini terjadi selama tahun anggaran 2006 hingga 2008.

Ia mengatakan, modus yang digunakan oleh anggota dewan cukup rapi. Pihaknya menemukan banyak kwutansi ganda. Ia mencontohkan, pengeluarkan biaya perawatan jenis kendaraan berbeda tetapi keterangan nomor polisinya sama. Modus lain, penggantian oli gardan satu kendaraan dalam satu bulan dilakukan dua kali

Selain itu, kendaraan lama dengan nomor polisi yang telah diganti dari H menjadi K masih juga dikeluarkan nota biaya perawatan dari bengkel. Padahal menurut Hendrizal, setelah diganti dengan plat nopol K, kendaraan itu juga ada pengeluaran biaya perawatan. “Jadi kendaraannya hanya satu, tetapi ada kuitansi dua dengan plat nomor polisi H dan K,” jelasnya.

Banyak lagi modus yang digunakan para anggota dewan. Yang paling banyak ditemukan, biaya perawatan dalam satu bulan yang mencapai nominal puluhan juta rupiah. Ia mengatakan, ada juga seorang oknum yang melakukan perawatan satu kendaraan mencapai Rp 30-50 juta hanya dalam satu bulan. “Ini kan tidak rasional dan tidak wajar,” katanya heran.

Terkait masalah ini, Sekretaris Dewan (Sekwan) Agus Supriyanto mengaku siap memberi keterangan jika nanti sewaktu-waktu dipanggil Kejaksaan Nergeri (Kejari) Purwodadi. “Akan saya jelaskan apa adanya dan tidak akan saya tutup-tutupi,” tegasnya kemarin.

Sebagai mantan Kabag Umum Sekretariat Dewan (Setwan), Agus Pri, begitu ia akrab disapa, bertanggungjawab penuh perihal perawatan kendaraan dinas DPRD. Ia tak mengelak adanya dugaan penyimpangan penggunaan anggaran perawatan kendaraan dinas, baik untuk kendaraan untuk operasional maupun kendaraan dinas anggota Dewan.

Ia mencontohkan, ada salah seorang oknum anggota dewan yang tiba-tiba membawa mobilnya ke bengkel tanpa memberitahu pihaknya terlebih dahulu. Ia mengaku kaget ketika beberapa hari kemudian mendapat surat tagihan dari bengkel. “Mau tidak mau ya harus saya bayar, terlebih notanya kan atas nama kendaraan dinas Dewan,” katanya dengan nada rendah.

Dijelaskan, sesuai dengan prosedur yang ada, sebelum kendaraan dibawa ke bengkel harus atas penegethauan pihaknya. “Setelah diketahui jenis keluhan kerusakan, baru dibawa ke bengkel yang telah ditunjuk,” terangnya. Namun pada praktiknya, prosedur itu tak pernah dijalankan.
Ia menambahkan, jika temuan Kejari adanya penyelewengan sebesar Rp 1 miliar itu, tak hanya untuk perawatan kendaraan saja. “Dana sebesar itu termasuk juga biaya bahan bakar minyak (BBM),” jelasnya.

Jumlah kendaraan dinas, terang Agus Pri, baik untuk operasional maupun dinas anggota dan pimpinan Dewan berjumlah 22 unit dari berbagai jenis. Setiap tahunnya anggaran perawatan dan BBM ada sekitar Rp 1,6 miliar. “Namun untuk tahun anggaran 2009 ini, anggarannya dipangkas sekitar Rp 400 juta,” terangnya.

Nasi Jagung dan Botok Yuyu Bu Harsiti, Kuliner Khas Purwodadi




Harsiti sedang menyiapkan nasi jagung unutk para pembelinya



Pembeli sedang menikmati nasi jagung Harsiti


Selama ini nasi jagung kalah populer dengan jenis nasi yang terbuat dari beras. Padahal dari kandungan gizi, jagung memiliki komposisi zat-zat makanan yang lebih komplet daripada beras. Di Purwodadi, nasi jagung punya penggemar tersendiri. Bahkan, orang-orang penting di lingkungan Pemkab konon gemar makan “nasi rakyat” ini. Berikut liputanya.


Makanan Rakyat yang Banyak Disuka Para Pejabat

Warung nasi milik Bu Harsiti yang terletak di Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi Rt6/1 itu menawarkan menu cukup unik. Menu utama warung sederhana itu adalah nasi jagung dan botok yuyu. Tapi siapa sangka, justru dengan berjualan nasi jagung itulah, warung Bu Harsiti ramai dikunjungi para penikmat nasi jagung

Di kelurahan Danyang itu sendiri sebenarnya ada tiga warung yang menyajikan menu serupa. Tapi di warung milik istri Warijin itulah, nasi jagung menjadi populer di kalangan masyarakat. Menurut pengakuan para pembeli, racikan bumbu dari tangan Harsiti pas di lidah.

Mudah menemukan warung milik Harsiti.

Terlebih jika jarum jam menunjuk angka sepuluh hingga dua siang. Saat jam makan siang itulah, rumah yang disulap menjadi warung itu ramai pembeli. Motor dan mobil memenuhi halaman dan jalan di depan rumah Harsiti. Jika diperhatikan, banyak kendaraan plat merah parkir di depan warungnya itu.


Begitulah, warung Harsiti memang populer di kalangan pejabat di lingkungan Pemkab Grobogan hingga ke level kecamatan dan desa. Untuk menemukan warung it, dari Simpang Lima Purwodadi, langsung saja meluncur ke arah Selatan (arah ke Solo,red). Tak kurang 1 km, anda akan menemukan papan penunjuk arah menuju Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwodadi (disekitar Pemakaman Danyang,red).

Ikuti saja jalan menuju SKB Purwodadi itu. Sekitar 500 meter, atau di pertigaan jalan Danyang, coba menengok ke arah kiri. Kain berwarna kuning bertuliskan warung nasi jagung Bu Harsiti, lengkap dengan gambar yuyu besar dengan kedua capitnya akan terlihat jelas. Terlebih, saat jam makan siang, puluhan mobil dan motor akan memudahkan anda mencari warung itu.

Warung Bu Harsiti yang berarsitektur rumah joglo itu berfungsi ganda. Selain sebagai warung untuk berjualan, Harsiti, Warijin (suami,red) dan keempat anak mereka juga tinggal di tempat itu. Untuk tempat makan para pembeli, mereka menyulap ruang tamu yang cukup luas dengan menaruh meja dan kursi panjang.

Ada empat meja dan delapan kursi panjang. Dua set kursi dan meja di taruh di sebelah kanan. Sedangkan dua set lainya ditata di sebelah kiri, berbatasan langsung dengan meja tempat Harsiti meracik nasi jagungnya.

Diatas meja-meja itu, Harsiti juga menyediakan menu pelengkap makanan lainnya. Diantaranya, belut goreng, keripik berbagai jenis (termasuk keripik yuyu), serta yang paling diburu oleh pembeli: botok yuyu.

Dalam sehari, Harsiti mampu menghabiskan satu ember jagung (sekitar delapan kilogram) serta 200 hingga 300 ekor yuyu. Dijelaskan, proses memasak jangung dan yuyu tersebut cukup rumit. Namun yang jelas, untuk menyajikan kedua jenis makanan itu, Harsiti menyiapkan alat penggilingan untuk menggiling jagung dan yuyu itu.

Jagung yang digunakan Harsiti adalah jenis jagung putih. “Sebelum dimasak, jagung harus direndam selama empat hari,” jelasnya kepada Radar Kudus. Agar kerja Harsiti efisien, ia menyiapkan empat ember untuk merendam jagung-jagungnya. Setiap ember manandakan berapa lama proses perendaman telah berlangsung.

Setelah empat hari, jagung putih itu kemudian ditiriskan dan dikeringkan. Langkah berikutnya, Harsiti kemudian menggiling jagung-jagungnya hingga lembut. “Bisa tiga hingga empat kali penggilingan,” terangnya. Proses pembuatan tak berhenti disini. Setelah didapat jagung halus, jagung-jagung itu kemudian didang dengan alat tradisional. Setelah matang, baru diangkat dan siap disajikan.

Yang tak kalah rumit adalah pemrosesan yuyu hingga menjadi berbagai macam menu olahan. Yuyu atau kepiting sawah sebelumnya dicuci dan dibersihkan dari lumpur-lumpur yang menempel. “Setelah bersih kemudian digiling hingga halus,” jelasnya. Dari hasil penggilingan itulah, Harsiti memperoleh, daging dan lemak yuyu yang kemudian diolah menjadi berbagai variasi makanan..


Dari hewan bercangkang itulah, Harsiti bisa membuat botok yuyu, keripik yuyu, lemi (sambal dari lemak yuyu, red), serta sayur lompong yuyu. Semua jenis makanan itu tak kalah enaknya. “Pokonya gak rugi mampir disini mas,” bujuknya.

Untuk satu porsi berisi nasi jagung, lemi, botok yuyu dan sayur lompong yuyu, Harsiti mematok harga Rp. 5000. Cukup murah. Itulah sebabnya warungnya ramai dikunjungi pembeli. Selain murah, masakan dari jagung dan yuyu juga memiliki khasiat medis.


Disebutkan, selain sebagai sumber utama karbohidrat, bahan pangan pokok warga asli Madura ini juga mengandung zat gizi lain seperti: Energi (150,00kal), Protein (1,600g), Lemak (0,60g), Karbohidrat (11,40g), Kalsium (2,00mg), Fosfor (47,00mg), Serat (0,40g), Besi (0,30mg), Vit A (30,00 RE), Vit B1 (0.07mg), Vit B2 (0,04mg), Vit C (3,00mg), Niacin,(60mg).

Bahkan, dunia medis telah membuktikan bahwa jagung juga berkhasiat sebagai pembangun otot dan tulang. Jagung juga baik untuk otak dan sistem syaraf serta mencegah konstipasi. Tak hanya itu, jagung juga bisa menurunkan risiko kanker dan jantung, mencegah gigi berlubang, serta minyaknya dapat menurunkan kolesterol darah.

Lain lagi yuyu. Dari hasil penelitian terbaru oleh tiga pelajar salah satu sekolah menengah atas di Kudus, ternyata kepiting (yuyu) sawah (Paratel pusa maculata) memiliki khasiat yang tak kalah bagusnya. Binatang bercangkang ini ternyata dapat juga mengobati penyakit hepatititis.

Karena alasan itulah, banyak kalangan kemudian beralih mengkonsumsi nasi jagung. Sugiyana misalnya. Salah seorang staf di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan ini selalu menyempatkan makan nasi jagung. Terlebih setelah dokter memvonis gula darahnya tinggi. “Terakhir dicek mencapai 400 mg,” terangnya.

Dokter pun kemudian menyarankan untuk mengurangi konsumsi nasi dan beralih ke nasi jagung. Ditemui ketika sedang menikmati makan siangnya di Warung Bu Harsiti, Sugiyana mengaku kadar gula darahnya berangsur turun, sejak dia mengkonsumsi nasi jagung.

Harsiti mungkin kurang paham penelitian medis itu. Yang ia pahami, dengan berjualan nasi jagung itu, ia bisa terus melestarikan resep leluhurnya itu. Terlebih, roda ekonominya juga terus membaik selama berjualan nasi jagung dan botok yuyu. “Salah satu anak saya sedang duduk di bangku perguruan tinggi mas,” katanya bangga ketika Radar Kudus hendak pamit pulang.

Rabu, 14 Januari 2009

Pujonggo, 50 Tahun Menjadi Loper Koran Bersepeda

Foto Pujonggo (dua dari kiri) bersama sesama koleganya, loper bersepeda. foto diambil sekitar tahun 80 an.

Pujonggo (kanan) bersama salah seorang anak buahnya. berpose di depan Laris Agensi Purwodadi


Sebagai seorang loper Koran, Pujonggo memang berdedikasi tinggi. Betapa tidak, ia harus bangun pagi buta untuk mengurus dan mengirim ratusan eksemplar koran ke pelanggannya. Bahkan, untuk mengirim koran-korannya itu ia masih menggunakan sepeda ontel. Meski hidup Sederhana, kini ia telah memiliki sembilan anak buah. Berikut kisahnya.


Tetap Bersepeda Meski Telah Memiliki 9 Orang Anak Buah


Kayuhan kaki Pujongga pada pedal sepeda untonya masih terlihat kuat. Meski telah berusia lebih dari 70 tahun, ia masih tampak bugar. Dengan sepeda pemberian pamannya pada tahun 1957 silam itulah, pria lima anak delapan cucu ini setiap pagi mengantar koran-koran ke pelangganya.

Pujonggo dan sepeda tuanya itu seolah menjadi saksi sejarah perkoranan di Indonesa. Karat-karat di sepedanya sepertinya menjadi guratan dinamika pasang-surut koran di Indonesia. Dijelaskan, saat pertama kali menjadi loper koran pada tahun 1960 an, ia belum mempunyai banyak saingan seperti sekarang ini.

Kisah Pujonggo dan sepedanya pernah ditulis di harian ini edisi 14 Apri 2004. Saat itu, ia mencatatkan namanya sebagai satu-satunya loper koran bersepeda. Namun siapa sangka, setelah empat tahun berselang, usahanya itu tak surut. Bahkan ia kini telah memiliki sembilan orang anak buah.

Diceritakan, saat pertama kali memutuskan menjadi loper koran, Koran-koran seperti harian Sinar Indonesia, Suluh Marhaen, Duta Masyarakat dan Angkatan Bersenjata, masih merajai pangsa pasar koran di Purwodadi. “Saat itu, harga koran masih Rp 25 per eksemplarnya,” terangnya.

Ia mengatakan, Koran yang paling laku saat itu adalah Sinar Indonesia. Koran terbitan salah satu partai terlarang di Indonesia itu, mampu ia jual hingga 800 eksemplar setiap hari. “Tak ada yang mampu mengalahkan penjualan Sinar Indonesia,” terangnya. Sementara itu, Suluh Marhaen dan Angkatan bersenjata juga banyak diminati. “Masing masing sekitar 300 eksemplar terjual setiap harinya,” terangnya.

Koran jaman dulu masih sangat sederhana. “Tidak banyak gambar dan warna,” terangnya. Meski demikian, pembaca saat itu menurutnya sangat fanatik untuk membaca koran. Sayangnya, ia tak mempunyai satupun koleksi dari Koran-koran bersejarah itu.

Pasca pemberontakan PKI tahun 1966, Koran-koran yang disebutkan mulai menghilang. Ia pun sempat berhenti menjadi loper koran dan beralih profesi menjadi penarik becak. Baru sekita awal 70 an, ia kembali menekuni profesi awalnya sebagai loper Koran. Tentu saja dengan sepeda tuanya itu.

Setelah hampr 50 tahun berprofesi sebagai loper Koran, ia kemudian berinisiatif untuk menjadi agen. Setelah bertaya kanan-kiri, akhirnya ia mendapat kepercayaan menjadi agen salah satu koran besar Jawa Tengah.

Setiap hari, ia dijatah 340 koran Suara Merdeka dan beberapa eksemplar koran harian lainnya. Sadar akan keterbatasan tenaganya, ia pun kemudian merekrut sembilan orang untuk dijadikan karyawannya. Meski telah memiliki anak buah, ia tak mau melepas pekerjaannya sebagai loper koran. “Jadi tiap pagi masih kelilingan naik sepeda mas,” terangnya.

Diakuinya, ada semacam kepuasan tersendiri ketika ia mengayuh sepeda mengantar koran ke pelanggannya. “Seperti jadi orang penting saja, tiap pagi ditunggu kedatangannya,” katanya sembari tertawa kecil. Terlebih, keuntungan yang didapat juga tak bisa dianggap remeh.

Tanpa menyebut nominal pasti, ia mengatakan dari menjual koran itulah, ia bias menyekolahkan kelima anaknya hingga tamat SMA. “Sebenarnya, pekerjaan apapun jika ditekuni akan banyak memberi manfaat,” katanya bijak.

Meski telah memiliki sepeda motor, Pujonggo mengaku tak pernah menggunakan motornya untuk mengantarkan Koran. Delapan orang anak buahnya mengantar Koran dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan satu orang lainnya megikuti jejaknya menjadi loper Koran bersepeda. Meski menggunakan sepeda, ia mengaku masih berani bersaing dengan loper-loper lainnya. “Koran kiriman saya tak pernah telat, kecuali memang telat dari percetakannya,” katanya.

Jika kiriman koran telat, ia akan mengajak anak kelimanya, Efendi setiawan untuk mengantar korannya. Tentu saja pakai motor agar bisa cepat terkirim. Namun itu pun tak terlalu sering. “Paling banter dua atau tiga kali setiap bulannya,” terangnya.



ABAIKAN KESELAMATAN
Seorang penumpang truk bergelantungan di bak belakang truk. ini sangat membahayakan jiwanya dan juga pengendara lain

Upaya KPH Gundih Tekan Pembalakan Liar

Kayu hasil operasi petugas KPH Gundih

Lebih untung jika jadi pesanggem (penggarap hutan, red)


Ketika pohon terakhir telah ditebang, maka tunggu saja bencana akan datang. Begitulah jargon yang sering diungkapkan agar semua pihak mau menjaga kelestarian hutan. Termasuk KPH Gundih yang aktif libatkan masyarakat desa hutan untuk turut menjaga hutan. Bagamana caranya?


Libatkan Masyarakat Desa Hutan, Angka Penjarahan Turun 50 Persen

Tahun 1998 menjadi masa yang kelam bagi sektor kehutanan di negara ini. Betapa tidak, semangat reformasi yang kebablasan membuat semua orang semakin keblinger untuk melakukan perusakan, termasuk hutan. Jutaan pohon di setiap hutan di babat habis, tanpa ada yang mampu menghentikan. Hasilnya, saat ini kita tinggal memanen bencana.

Kondisi serupa juga terjadi di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih di kabupaten Grobogan. Hampir semua pohon jenis rimba dan jati berumur ratusan tahun, habis dibabat penjarah liar. Daerah bukaan di wilayah KPH gundih itu pun semakin luas.

Kondisi ini disadari para petugas di wilayah KPH itu. Mereka kemudian melibatkan masyarakat desa hutan untuk turut menjaga kelestarian hutan. lambat laun, pencurian kayu di wilayah hutan seluas 31 ribu hektar itu dapat ditekan

Disebutkan, gangguan keamanan berupa pencurian kayu (illegal logging) di wilayah Kesatuan Pemangkaun Hutan (KPH) Gundih selama tahun 2008 mencapai 551 batang pohon. Angka ini jauh jika dibandingkan data pencurian kayu pada tahun 2007 yang mencapai 1.101 batang pohon.

Batang-batang kayu hasil sitaan itu, kemudian dikumpulkan di TPK Monggot yang terletak di Desa Monggot Kecamatan Geyer. Disinilah, nasib ribuan batang kayu hasil sitaan tahun 2008 dan sebelumnya dikumpulkan, menunggu proses pelelangan.

Menurut Administratur KPH Gundih Oscar S Maukar, kerugian negara atas pencurian kayu di hutan pun dapat ditekan hingga 50 persen. Dikatakan, keberhasilan pihaknya menekan aksi pencurian kayu di wilayahnya tak lepas dari usaha pemberdayaan masyarakat hutan.

Melalui program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), secara tak langsung pihaknya dapat membantu perekonomian masyarakat hutan. Pelibatan masyarakat desa hutan, menurut Oscar, mutlak dilakukan mengingat keterbatasan sumber daya yang dimilikinya.

Hingga saat ini, pihaknya hanya memilki petugas sebanyak 400 orang saja. Dari jumlah itu petugas lapangan sebanyak 320 petugas. Sedangkan sisanya (80 orang, red) bertugas di kantor yang terletak di jalan raya Grobogan Solo itu.

Dikatakan, jumlah ini dirasa masih kurang untuk mengawasi wilayah KPH Gundih yang seluas 31 ribu hektar. Mengingat keterbatasan ini, pihaknya mau tidak mau harus merangkul masyarakat desa hutan agar ikut turut serta dalam pengamanan wilayah hutan. “Jika hutan rusak, warga juga yang kena getahnya,” katanya.

Melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) yang dibentuk di setiap desa, warga diajak untuk turut serta menjaga hutan. Caranya, warga diberi lahan untuk menanam tanaman jagung di areal hutan. Dengan demikian, masyarakat memperoleh pendapatan hutan dari hasil menanam jagung itu. “Dengan demikian, mereka tak lagi merambah hutan,” jelasnya

Para petani penggarap itu diperbolehkan untuk menggarap lahan di wilayah hutan KPH Gundih. Syaratnya, mereka harus turut menjaga pohon-pohon yang ditanam di wilayah itu.

Pihak KPH Gundih telah membuka lahan hutan seluas 200 hektar untuk digarap oleh para pesanggem (petani penggarap hutan,red). Disebutkan, jika satu hektar dapat menghasilkan empat ton jagung, petani dapat mendapatkan hasil setidaknya Rp 8 juta. ”Itu dengan asumsi harga Rp 2 ribu perkilonya,” terangnya.

Padahal, para pesanggem ada yang berhak mengelola lebih dai dua hektar, tergantung dari kemampuan tenaganya. Jadi keuntungan yang diperoleh petani dapat berlipat ganda. Terlebih mereka tidak dipungut biaya sepeser pun dalam pengelolaan lahan itu.

Sebagai timbal balik, para pesanggem diwajibkan untuk menjaga pohon yang ada dihutan itu. ”Jika ada yang mati atau ditebang, mereka harus segre mengganti,” terangnya. Dengan demikian, pohon dihuan tetap terjaga, sedangkan pesanggem dapat memperoleh hasil dari pengelolaan hutan.

Sawiyo misalnya, pesanggem asal Kecamatan Toroh itu mengaku memilki hak pengelolaan hutan di wilayah KPH Gundih. Selain menanam jagung, ia diwajibkan menjaga pohon jenis kayu putih yang tumbuh di daerah itu.

Dijelaskan, ia menanam jagung dengan sistem tumpang sari. Ia mengguakan tanah di antara batang pohon kayu putih untuk menanam benih-benih jagung. Saat ini, tanaman jagungnya telah berumur lebih dari tiga bulan. ”Sebentar lagi akan dipanen,” katanya sambil tersenyum.

Dikatakan, karena banyak warga yang telah menjadi pesanggem, mereka tak lagi masuk hutan meenebangi pohon secara liar. ”Buat apa menebang pohon, hasilnya lebih banyak menanam jagung dan yang penting lebih aman dan nyaman bekerjanya,” kata Sawiyo.