Rabu, 28 Januari 2009

Melihat Gerak Elok Penari Muda di Sanggar Purnama Sidi



Tanamkan Rasa Cinta Tari Tradisional Sejak Usia Dini



Ditengah maraknya berbagai permainan modern, sekumpulan anak-anak masih saja mencintai seni tari tradisional. Di sanggar Tari Purnama Sidi, puluhan anak berlatih berbagai macam tari tradisional Jawa. Bahkan, beberapa diantaranya sudah berhasil mengukir prestasi yang menggembirakan. Berikut kisahnya.


Suara alunan Gending Jawa yang mengalun sayup-sayup itu menyita perhatian setiap pengguna jalan yang melintas di Jalan Siswomiharjo Purwodadi. Tak terkecuali saya. Guna mencari sumber suara, Saya lantas berbalik arah mencari tempat yang dimaksud. Akhirnya langkah kaki berhenti pada sebuah rumah, tepat berada di sisi selatan jalan itu.


Di rumah berarsitektur Joglo itu, nampak puluhan anak-anak sedang berlatih menari tarian Jawa. Ternyata, suara gamelan yang tadi terdengar, berasal dari suara mini tape untuk mengarahkan gerakan anak-anak itu.


“Ayo mendaknya jangan lupa, mendak, mendak,” tegas salah seorang instruktur yang belakangan diketahui bernama Tutik. Begitulah, gerakan mendak adalah gerakan yang paling sulit dikuasai anak-anak yang tergabung dalam sanggar tari Purnama Sidi itu.


Ketika instruktur Tutik mengatakan mendak, itu artinya pinggul para anak didiknya harus diturunkan. Kaki harus ditekuk, sementara badan melengkug mengikuti gerakan kaki yang menekuk tadi. Selain Tutik, di sanggar itu juga ada satu instruktur lagi bernama Nanik, yang tak lain adalah kakak kandungnya.


Gerakan ini, kata Tutik si adik, jika dipraktikkan oleh penari pemula yang masih kaku mirip gerakan tiang listrik yang dibengkokkan. Gerakannya belum bisa luwes. “Kaku sekali, lucu, jadi ingin tertawa,” tuturnya sembari tertawa kecil.


Begitulah, selain gerakan dasar mendak, gerakan tangan atau dalam istilah seni tari disebut ukel, juga susah dikuasi. Terlebih oleh penari pemula. Meski demikian, ia terus mengajari anak didiknya dengan sabar.
Yang terpenting bagi Tutik dan Nanik, anak didiknya harus terus senang menari.


Di sanggar yang telah didirikan sejak 20 tahun lalu itulah, kakak beradik Nanik dan Tutik mengajar tarian Jawa pada puluhan anak didiknya. Saat Koran ini bertandang ke sanggar tarinya, 12 anak usia sekolah dasar sedang belajar menari meski cuaca siang itu sedang panas terik.


Di sanggar yag baru dua tahun diberi nama “Purnama Sidi” itu, anak didik Nanik dan Tutik diajari beberapa tari tradisional. Disebutkan, selain tari merak, anak didiknya juga berlatih tari Candi Ayu, Bondan, golek serta beberapa jenis tarian tradisional yang lain.


Mereka berlatih dua kali dalam satu minggu. Seitiap hari Minggu dan Jum’at, siswa sanggar tari Purnama Sidi itu meluangkan waktu bermainnya untuk berlatih tari-tarian Jawa. Pada hari Jum’at, latihan dimulai tepat pada pukul 11.00. “Sedangkan hari minggu, anak-anak biasanya berkumpul mulai pukul 08.00 pagi,” terang Nanik.


Kedua kakak beradik itu memang sengaja membidik segmen anak sekolah dasar sebagai anak didiknya. Sebab, semakin dini usia anak didik berlatih tari, semakin luwes gerakan tubuhnya.


Seperti halnya Nanik, ia belajar tari sejak usia sepuluh tahun. Saat itu, ia diajari tari Jawa oleh kakak sepupunya yang berasal dari Kota Solo. Sejak itu, ia terus mendalami berbagai macam tari. Hingga akhirnya, bersama adiknya Tutik, ia mendirikan sanggar tari itu.


Puluhan tahun mengajar, banyak anak didiknya yang telah mengukir prestasi. Salah satunya Mayang Sari. Gadis cilik yang masih duduk di bangku kelas IV SDN 12 Purwodadi ini, pernah mewakili kota Purwodadi pada kompetisi tari tradisioanl se Jawa Tengah. Saat itu, gerakan tarinya disiarkan oleh stasiun TV lokal di Jawa Tengah.


Senang tak terkira bagi Tutik dan Nanik melihat anak didiknya menari di layar kaca. Meski pulang tanpa raihan juara, nama Mayang tetap dielu-elukan di sanggar tari bahkan di Kota Purwodadi.


Ditanya bagaiamana perasaan Mayang bisa tampil di layar kaca, gadis bermabut ikal itu mengaku senang. Ia tak merasa putus asa meski tak juara.“Tahun Depan akan saya coba lagi,” kata Mayang polos.

1 komentar:

  1. Ada Kontakt Person nya nggak? Sy butuh utk jadi Juri lomba nih... Tolong..

    BalasHapus