Rabu, 21 Januari 2009

Nasi Jagung dan Botok Yuyu Bu Harsiti, Kuliner Khas Purwodadi




Harsiti sedang menyiapkan nasi jagung unutk para pembelinya



Pembeli sedang menikmati nasi jagung Harsiti


Selama ini nasi jagung kalah populer dengan jenis nasi yang terbuat dari beras. Padahal dari kandungan gizi, jagung memiliki komposisi zat-zat makanan yang lebih komplet daripada beras. Di Purwodadi, nasi jagung punya penggemar tersendiri. Bahkan, orang-orang penting di lingkungan Pemkab konon gemar makan “nasi rakyat” ini. Berikut liputanya.


Makanan Rakyat yang Banyak Disuka Para Pejabat

Warung nasi milik Bu Harsiti yang terletak di Kelurahan Danyang Kecamatan Purwodadi Rt6/1 itu menawarkan menu cukup unik. Menu utama warung sederhana itu adalah nasi jagung dan botok yuyu. Tapi siapa sangka, justru dengan berjualan nasi jagung itulah, warung Bu Harsiti ramai dikunjungi para penikmat nasi jagung

Di kelurahan Danyang itu sendiri sebenarnya ada tiga warung yang menyajikan menu serupa. Tapi di warung milik istri Warijin itulah, nasi jagung menjadi populer di kalangan masyarakat. Menurut pengakuan para pembeli, racikan bumbu dari tangan Harsiti pas di lidah.

Mudah menemukan warung milik Harsiti.

Terlebih jika jarum jam menunjuk angka sepuluh hingga dua siang. Saat jam makan siang itulah, rumah yang disulap menjadi warung itu ramai pembeli. Motor dan mobil memenuhi halaman dan jalan di depan rumah Harsiti. Jika diperhatikan, banyak kendaraan plat merah parkir di depan warungnya itu.


Begitulah, warung Harsiti memang populer di kalangan pejabat di lingkungan Pemkab Grobogan hingga ke level kecamatan dan desa. Untuk menemukan warung it, dari Simpang Lima Purwodadi, langsung saja meluncur ke arah Selatan (arah ke Solo,red). Tak kurang 1 km, anda akan menemukan papan penunjuk arah menuju Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Purwodadi (disekitar Pemakaman Danyang,red).

Ikuti saja jalan menuju SKB Purwodadi itu. Sekitar 500 meter, atau di pertigaan jalan Danyang, coba menengok ke arah kiri. Kain berwarna kuning bertuliskan warung nasi jagung Bu Harsiti, lengkap dengan gambar yuyu besar dengan kedua capitnya akan terlihat jelas. Terlebih, saat jam makan siang, puluhan mobil dan motor akan memudahkan anda mencari warung itu.

Warung Bu Harsiti yang berarsitektur rumah joglo itu berfungsi ganda. Selain sebagai warung untuk berjualan, Harsiti, Warijin (suami,red) dan keempat anak mereka juga tinggal di tempat itu. Untuk tempat makan para pembeli, mereka menyulap ruang tamu yang cukup luas dengan menaruh meja dan kursi panjang.

Ada empat meja dan delapan kursi panjang. Dua set kursi dan meja di taruh di sebelah kanan. Sedangkan dua set lainya ditata di sebelah kiri, berbatasan langsung dengan meja tempat Harsiti meracik nasi jagungnya.

Diatas meja-meja itu, Harsiti juga menyediakan menu pelengkap makanan lainnya. Diantaranya, belut goreng, keripik berbagai jenis (termasuk keripik yuyu), serta yang paling diburu oleh pembeli: botok yuyu.

Dalam sehari, Harsiti mampu menghabiskan satu ember jagung (sekitar delapan kilogram) serta 200 hingga 300 ekor yuyu. Dijelaskan, proses memasak jangung dan yuyu tersebut cukup rumit. Namun yang jelas, untuk menyajikan kedua jenis makanan itu, Harsiti menyiapkan alat penggilingan untuk menggiling jagung dan yuyu itu.

Jagung yang digunakan Harsiti adalah jenis jagung putih. “Sebelum dimasak, jagung harus direndam selama empat hari,” jelasnya kepada Radar Kudus. Agar kerja Harsiti efisien, ia menyiapkan empat ember untuk merendam jagung-jagungnya. Setiap ember manandakan berapa lama proses perendaman telah berlangsung.

Setelah empat hari, jagung putih itu kemudian ditiriskan dan dikeringkan. Langkah berikutnya, Harsiti kemudian menggiling jagung-jagungnya hingga lembut. “Bisa tiga hingga empat kali penggilingan,” terangnya. Proses pembuatan tak berhenti disini. Setelah didapat jagung halus, jagung-jagung itu kemudian didang dengan alat tradisional. Setelah matang, baru diangkat dan siap disajikan.

Yang tak kalah rumit adalah pemrosesan yuyu hingga menjadi berbagai macam menu olahan. Yuyu atau kepiting sawah sebelumnya dicuci dan dibersihkan dari lumpur-lumpur yang menempel. “Setelah bersih kemudian digiling hingga halus,” jelasnya. Dari hasil penggilingan itulah, Harsiti memperoleh, daging dan lemak yuyu yang kemudian diolah menjadi berbagai variasi makanan..


Dari hewan bercangkang itulah, Harsiti bisa membuat botok yuyu, keripik yuyu, lemi (sambal dari lemak yuyu, red), serta sayur lompong yuyu. Semua jenis makanan itu tak kalah enaknya. “Pokonya gak rugi mampir disini mas,” bujuknya.

Untuk satu porsi berisi nasi jagung, lemi, botok yuyu dan sayur lompong yuyu, Harsiti mematok harga Rp. 5000. Cukup murah. Itulah sebabnya warungnya ramai dikunjungi pembeli. Selain murah, masakan dari jagung dan yuyu juga memiliki khasiat medis.


Disebutkan, selain sebagai sumber utama karbohidrat, bahan pangan pokok warga asli Madura ini juga mengandung zat gizi lain seperti: Energi (150,00kal), Protein (1,600g), Lemak (0,60g), Karbohidrat (11,40g), Kalsium (2,00mg), Fosfor (47,00mg), Serat (0,40g), Besi (0,30mg), Vit A (30,00 RE), Vit B1 (0.07mg), Vit B2 (0,04mg), Vit C (3,00mg), Niacin,(60mg).

Bahkan, dunia medis telah membuktikan bahwa jagung juga berkhasiat sebagai pembangun otot dan tulang. Jagung juga baik untuk otak dan sistem syaraf serta mencegah konstipasi. Tak hanya itu, jagung juga bisa menurunkan risiko kanker dan jantung, mencegah gigi berlubang, serta minyaknya dapat menurunkan kolesterol darah.

Lain lagi yuyu. Dari hasil penelitian terbaru oleh tiga pelajar salah satu sekolah menengah atas di Kudus, ternyata kepiting (yuyu) sawah (Paratel pusa maculata) memiliki khasiat yang tak kalah bagusnya. Binatang bercangkang ini ternyata dapat juga mengobati penyakit hepatititis.

Karena alasan itulah, banyak kalangan kemudian beralih mengkonsumsi nasi jagung. Sugiyana misalnya. Salah seorang staf di Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Grobogan ini selalu menyempatkan makan nasi jagung. Terlebih setelah dokter memvonis gula darahnya tinggi. “Terakhir dicek mencapai 400 mg,” terangnya.

Dokter pun kemudian menyarankan untuk mengurangi konsumsi nasi dan beralih ke nasi jagung. Ditemui ketika sedang menikmati makan siangnya di Warung Bu Harsiti, Sugiyana mengaku kadar gula darahnya berangsur turun, sejak dia mengkonsumsi nasi jagung.

Harsiti mungkin kurang paham penelitian medis itu. Yang ia pahami, dengan berjualan nasi jagung itu, ia bisa terus melestarikan resep leluhurnya itu. Terlebih, roda ekonominya juga terus membaik selama berjualan nasi jagung dan botok yuyu. “Salah satu anak saya sedang duduk di bangku perguruan tinggi mas,” katanya bangga ketika Radar Kudus hendak pamit pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar